Air Hujan masih menghiasi malam minggu ini. Tak ada lagi rekan guru yang tertangkap oleh mataku di ruang guru . Sendiri , aku berdiri menyanyikan lagi kebangsaan di acara pembukaan kbmn ke-28. Ratusan orang dari berbagai daerah tampak mengikuti via zoom. Wajah-wajah penuh semangat memenuhi laptopku.
Satu
demi satu saya simak dan dengarkan pemateri, banyak ilmu yang belum pernah kudapat
sebelumnya. Semuanya tentang menulis. Sebuah cara manusia memahat keabadian melawan
waktu. Aku tertarik dengan salah satu pemateri yang mengatakan menulislah
setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi. Terdengar sederhana tapi dalam
maknanya. Ada nilai-nilai yang dapat diambil disana. Setidaknya ada tiga . Aksi, kontinyu dan hasil.
Aksi
Menulis
memerlukan aksi, tanpa aksi ide hanya ide, gagasan hanya ada di kepala. Memulai apapun selalu lebih sulit. Begitulah adanya.
Bingung mau menulis apa, diawali apa, bagaimana kalau jelek, diejek. Setumpuk rayuan
setan ada dikepala. Maka perlu aksi. Menulislah.
Kontinyu.
Manusia
bukan robot, yang kaku. Kita fleksibel dinamis bukan statis. Maka kata kontinyu
dalam arti “keajekan” tak semua manusia bisa apalagi dalam jangka waktu
lama. Seminggu, sebulan setahun atau berapapun waktunya ada potensi luntur
kontinuitas itu. Tak salah jika dalam Bahasa agama kontinyu atau istiqomah itu
lebih hebat dari pada seribu karamah. So, Menulis setiap hari bukan perkara mudah,
dengan berbagai kesibukan yang melanda. Tapi itu bukan kemustahilan. Aksi dan
kontiunitas harus seiya sekata. Mari mencoba.
Hasil
Butuh
waktu untuk mendapatkan yang kita inginkan, yang kita tanam maka itulah yang
kita tuai. Perih berbuah tawa. Kata seorang kawan, entah dari mana dia
mengambil ” usaha takkan menghianati hasil”. Hasil dari yang kita tulis tak
tahu nanti apa. Tapi, dengan keyakinan semua bisa menjadi nyata. Syaratnya aksi
dan kontinyu tadi tak boleh lupa.
Ada
beberapa lagi yang saya ingat sebenarnya dari pemateri kemaren, ikatlah ilmu
dengan menulis. Mengabadikan pengetahuan
dengan tinta. Orang dulu mengibaratkannya sepeti kita mengikat hewan buruan
dengan tali, agar tak lari maka harus di ikat dengan tali,.
Selanjutnya
terkait mekanisme dan persyaratan agar lulus dan mendapatkan sertifikat. Membikin
30 resume dari setiap pemateri serta menerbitkan buku solo. Memancing rekan-rekan
antusias bertanya.
Terakir
yang saya ingat, Karena ini zaman digital, maka perlu mengupluad tulisan kita di
web, pemateri menyarankan blog yang mudah dan efisien. Bisa dipelajari sendiri.
Selain itu tulisan yang kita buat bisa diakses oleh orang seluruh dunia.
Termaksih.
Semoga kita semua dapat lulus dan memperoleh seperti yang kita harapkan. Selamat
menulis.