Just another free Blogger theme

Pengelola

Foto saya
Brebes, Jawa Tengah, Indonesia
Sugiharto, S.Pd.I, M.Pd. Lahir di Pati Jawa Tengah. 19 September 1990. Menempuh pendiidkan Mulia dari RA. Masyithah (1997), SD Kertomulyo II (2003), MI Miftahul Huda (sore 2004), MTs Raudltul Ulum (2007), MA Raudltul Ulum (2010) semuanya berada di Pati Jawa Tengah. Kemudian melanjutkan Pregram sarjana di STIT Al-Fattah siman Lamongan Jurusan PAI Lulus Tahun 2014. Tidak sampai disitu kemudian mengambil Program Magister di UIN Sunan Kali Jaga Fakultas Tarbiyah lulus 2019. Sekarang Mengabdikan diri di MAN 1 Brebes

Minggu, 08 Januari 2023


Air Hujan masih menghiasi malam minggu ini. Tak ada lagi rekan guru yang tertangkap oleh mataku di ruang guru . Sendiri , aku berdiri menyanyikan lagi kebangsaan di acara pembukaan kbmn ke-28. Ratusan orang dari berbagai daerah tampak mengikuti via zoom. Wajah-wajah penuh semangat memenuhi laptopku.


Satu demi satu saya simak dan dengarkan pemateri, banyak ilmu yang belum pernah kudapat sebelumnya. Semuanya tentang menulis. Sebuah cara manusia memahat keabadian melawan waktu. Aku tertarik dengan salah satu pemateri yang mengatakan menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi. Terdengar sederhana tapi dalam maknanya. Ada nilai-nilai yang dapat diambil disana. Setidaknya ada tiga . Aksi, kontinyu dan hasil.

Aksi

Menulis memerlukan aksi, tanpa aksi ide hanya ide, gagasan hanya ada di kepala.  Memulai apapun selalu lebih sulit. Begitulah adanya. Bingung mau menulis apa, diawali apa, bagaimana kalau jelek, diejek. Setumpuk rayuan setan ada dikepala. Maka perlu aksi. Menulislah.

Kontinyu.

Manusia bukan robot, yang kaku. Kita fleksibel dinamis bukan statis. Maka kata kontinyu dalam arti “keajekan” tak semua manusia bisa apalagi dalam jangka waktu lama. Seminggu, sebulan setahun atau berapapun waktunya ada potensi luntur kontinuitas itu. Tak salah jika dalam Bahasa agama kontinyu atau istiqomah itu lebih hebat dari pada seribu karamah. So,  Menulis setiap hari bukan perkara mudah, dengan berbagai kesibukan yang melanda. Tapi itu bukan kemustahilan. Aksi dan kontiunitas harus seiya sekata. Mari mencoba.

Hasil

Butuh waktu untuk mendapatkan yang kita inginkan, yang kita tanam maka itulah yang kita tuai. Perih berbuah tawa. Kata seorang kawan, entah dari mana dia mengambil ” usaha takkan menghianati hasil”. Hasil dari yang kita tulis tak tahu nanti apa. Tapi, dengan keyakinan semua bisa menjadi nyata. Syaratnya aksi dan kontinyu tadi tak boleh lupa.

Ada beberapa lagi yang saya ingat sebenarnya dari pemateri kemaren, ikatlah ilmu dengan menulis.  Mengabadikan pengetahuan dengan tinta. Orang dulu mengibaratkannya sepeti kita mengikat hewan buruan dengan tali, agar tak lari maka harus di ikat dengan tali,.

Selanjutnya terkait mekanisme dan persyaratan agar lulus dan mendapatkan sertifikat. Membikin 30 resume dari setiap pemateri serta menerbitkan buku solo. Memancing rekan-rekan antusias bertanya.

Terakir yang saya ingat, Karena ini zaman digital, maka perlu mengupluad tulisan kita di web, pemateri menyarankan blog yang mudah dan efisien. Bisa dipelajari sendiri. Selain itu tulisan yang kita buat bisa diakses oleh orang seluruh dunia.

Termaksih. Semoga kita semua dapat lulus dan memperoleh seperti yang kita harapkan. Selamat menulis.

 

والقلتان خمسمائة  رطل بالغدادى تقريبا  في الاصح

Adapun ukuran dua qullah  ialah : air yang mencapai  500 kati negeri bagdat ,demikian lah kira kira menurut pendapat yang sangat shahih .

Ukuran air dua kullah  sebagaimana  di terangkan oleh sebagian ulama  adalah sebagai berikut :

> Imam nawawi menentukan : 174 , 580 liter / 55,9 cm3 .


> Imam Rafi'i menentukan : 176 ,245 liter / 56,1 cm3

 

3 kati irak sekitar  :  245, 325 liter / 62 ,4 cm3

Mayoritas ulama : 60 cm / 216 liter 

 

Air yang kurang dua qullah tersebut jika kemasukan  najis  maka menjadi najis baik ada perubahan atau tidak dan air tersebut tidak dapat di gunakan untuk :

1. Raf'il hadas : menghilangkan hadas  ( hadas besar atau kecil ) seperti wudhu dan  mandi wajib

2. Izalatil najasah : menggangkat / menghilangkan najis

Air tersebut bisa di gunakan lagi dengan di tambahi air suci lagi menjadi dua qullah lebih dan gak ada perubahan  padanya


Hadits yang membicarakan air dua qullah (kulah) adalah hadits berikut.

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ اَلْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ اَلْخَبَثَ

“Jika banyaknya air telah mencapai dua qullah (kulah) maka ia tidak mungkin mengandung najis.” (HR. Abu Daud, no. 63; Tirmidzi, no. 67; An-Nasai, 1:75:46; Ibnu Majah, no. 517. Hadits ini adalah hadits yang sahih. Lihat Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:36).